Haneen Story Part#Tiga – lanjut aku menulis tentang haneen story Setelah proses hamil yang aku lalui dengan penuh keajaiban, yang kadang aku pun bingung bagaimana semua itu dapat terlewati (Baca). Saat aku yang telah berharap penuh dan optimis bisa melahirkan normal, namun takdir berkata kehamilanku berakhir diatas meja operasi. Membuat aku Down luar biasa malam itu. Akan tetapi kehadiran anak kami dihadapkan ku dan kemudian aku dapat memberinya ASI untuknya, membuat semua kecewa ku hilang. Membuat semuanya menjadi sangat terasa bahagia. Namun, akupun kembali tak bisa melawan takdir. Namun semua tak berhenti disitu, tiba-tiba kami dikejutkan dengan hasil pemeriksaan lengkap terhadap anakku yang diagnosis kolesistitis (baca).
Baca juga : Pertanyaan yang sering ditanyakan tentang Haneen.
Daftar Isi
Sekilas Tentang Kolesistitis
Sebelum aku maneruskan tulisanku tentang Haneen Story, aku memberikan sedikit pengetahuan buat teman – teman semua. Menurut website Alodokter Kolesistitis adalah peradangan yang terjadi pada kantong empedu. kantong empedu merupakan organ tubuh tempat penyimpanan cairan empedu yaitu cairan yang memliki peran penting daalam pencernaan lemak dalam tubuh. kolesistitis bisa terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka waktu panjang(kronis).
Pada kasus anakku ini yang terjadi adalah kolesistitis Akut yang terjadi pada bayi baru lahir. Menurut dokter spesialis anak yang merawat anak kami, kolesistitis pada kasus anak kasus anak kami ini terjadi karena ketuban pecah dini yang terjadi pada saat anak kami berada dalam kandunganku. Selaput ketuban yang harusnya melindungi anak kami dari bakteri dan segala hal kotor lain nya, malah rober atau pecah sebelum waktuya, yang menyebabkan air ketuban yang diminum anak kami menjadi terkontaminasi bakteri.
Perjuangan memberikan ASI
Oke lajut aku menulis tentang Haneen Story, Ketika keluarga dan orang sekitar mengetahui kondisi anakku. Ada banyak orang sekitar kami yang bertanya, anak nya ini tidak nangis ya waktu lahir?? Aku jawab anak ini lahir langsung menangis kencang dan langsung berhasil melakukan IMD. Aku sangat bersyukur anak ini mendapatkan colostrum didetik-detik pertama kehidupannya, karena itu sangat membantu proses penyembuhan dan menguatkan tubuhnya untuk melawan penyakit.
Saat itu jujur sejujurnya aku benar – benar Down, namun aku harus terus semangat dan berusaha memenuhi nutrisi ku, agar aku dapat memberikan ASI untuk Haneen. Walaupun anakku harus berada di ruang perawatan intensive care, dengan sekuat tenaga (saat itu sekitar 12 jam pasca SC) aku menguatkan diri untuk memompa asi sambil duduk menahan sakitnya luka operasi . Sejenak beberapa menit kemudian, akupun hampir menyerah karna setetes pun asi engga ada keluar, walau cuma basahin pantat botol pun tidak ada.
Semakin lah aku Down dan frustasi, dengan isi kepala penuh dengan pertanyaan Kenapa kenapa kenapa KENAAAPAAAAA???
Tapi tekanan itu membuatku semakin bersemangat, seperti mendapat energi lebih dari tuhan untuk memompa asi dan memakan berbagai sayur dan buah yang ada diruangaku. Akhirnya akupun mendapatkan asi perah sebanyak 50 ml. Aku sempat menghela nafas dan benggerutu ya ampuun seharian berjuang jugkir balik plus menahan luka SC yang masih segar, tapi hasilnya Cuma segini. Tapi cepat-cepat aku tersadar, sedikit ataupun banyak inilah rezeki yang penuh berkat untuk anakku. Akupun merasa bersalah, dan kembali bersemangat untuk memberi ASI pada anakku.
Anakku Kehausan
Setelah makan malam dan bajuku telah digantikan oleh perawat. Sekitar 20 jam setelah proses persalinan, tepatnya jam 9 malam. Terdengar dari ruang kamarku yang kebetulan berdekatan dengan anakku, aku mendengar anakku menangis kencang hingga memecah keheningan Rumah Sakit. Aku langsung menangis, dan aku tahu anakku sangat lapar dan dia membutukan ASI, karna seharian dia harus puasa untuk melakukan serangkaian pemeriksaan.
Aku tekan bel untk memanggil perawat, aku bilang aku mau keruang bayi untuk menyusui anakku. Namun suster itu biang, “ibu sabar sebentar 24 jam setelah SC ibu baru boleh turun dari tempat tidur.”
“Tapi sus, anak saya nangis mau menyusu.”
“Iya ibu, ibu tenang ya, ASI yang ibu perah tadi siang masih ada kok, buat diminum oleh anak ibu.”
“Tapi itu sedikit sus.”
“Ibu, kebutuhan bayi baru lahir itu memang sedikit, selain itu anak ibu lagi proses penyembuhan pada organ pencernaan nya, jadi asi itu sudah cukup untuknya.”
Saat perawat itu permisi untuk keluar, ibuku menenangkanku yang menangis karna tidak bisa memberi asi untuk anakku malam itu, hingga aku tertidur sambil menangis. Benar – benar bodoh sekali aku saat itu, seemua teori tentang ASI dan bayi baru lahir hilang. Semua terbang dari kepalaku, aku tidak bisa lagi berfikir jernih tentang teori dan ilmu pengetahuan. Saat itu yang ada hanya emosi emosi dan emosi yang tidak stabil. Dalam fikiranku hanya ingin bayiku sehat, ada disampingku, mendapatkan asi, dan aku bisa memeluknya.
Memaksakan Diri untuk DBF
Aku tiba – tiba terbangun jam 1 malam dan langsung menekan bel memanggil perawat, aku ingin memberikan anakku DBF (Direct Breastfeeding). Karna saat itu pabrik ASI sudah terasa kencang dan sakit, selain itu saat itu sudah 25 jam post SC. Awalnya perawat itu ragu, saat aku meminta untuk turun dari kasur dan menyusui anakku. Namun, ketika melihat semangatku yang luar biasa, dia pun mau membantuku untuk turun dari tempat tidur, dan membantuku naik ke kursi roda.
“Pelan – pelan bu ya turunnya, kalau sakit diam dulu atur nafas.”
Saat aku turun dari tempat tidur pertama kali, rasanya aku mau teriak tapi tidak bisa. Aku hanya bisa memejamkan mata dan menatur nafas, rasanya sakit sekali, rasanya terpisah kaki dan badan ku. Ini tidak lebay, beneran ternyata kaya gitu rasanya SC. Langsung lah si suster memekan obat penahan nyeri yang tergantung di tiang infus. Dan saat aku duduk dikursi roda, kateter yang masih terpasang itu rasanya luar biasa perihnya, oo ternyata begitu rasanya pakai kateter fikirku.
Kursi rodaku pun mulai didorong menuju ruang bayi. Sesampainya diruang bayi. Bahagiaaaaa… sekali rasanya bisa cium dan peluk anakku. Aku bilang pada perawat “Tolong bantu saya buat menyusui anak saya.”
Saat aku menyusui anakku, dia lahap sekali menyusu nya. senang sekali rasanya, dia seperti sangat kehausan, sampai tersedak dia minum saking semangatnya. Tapi dibalik kebahagaan itu, air mataku menetes menahan perih yang luaar biasa saat memberikan asi untuk anakku. Langsung suster dengan cepat menekan anti nyeri yang tergantung di tiang infus.
Semangat dan Harapan
Sejak saat itu 2 jam sekali aku datang ke ruang bayi dengan dibantu perawat. Walau terasa nyeri, tapi aku bahagia sekali, dan untungnya nyeri itu akan hilang saat obat anti nyeri yang digantung itu ditekan. Sesakit apapun nyeri itu, dapat terkalahkan dengan semangat memberikan ASI buat anakku. Aku berfikir ASI adalah obat dari tuhan untuk anakku agar segera sembuh dari sakitnya.
Pagi harinya, aku sdh belajar berdiri dalam waktu yang lama dan latihan berjalan. Pagi itu juga aku bersiap untuk mandi dengan dibantu oleh perawat. Wahh,, senang sekali akhirnya setelah kemaren di seka aja. Hari ini aku bisa mandi karna perbanku anti air dan aku sudah bisa berjalan. Hari-hari selanjutnya berjalan semakin menyenangkan, karna aku sdh mulai belajar berjalan, perbanku diganti dan kateter dilepas. Hooraayy…
Aku mulai bersemangat, dan aku melihat perkembangan anakku yang semakin sehat. Seharusnya hari ke-3 pasca operasi aku sudah boleh pulang, tapi anakku masih belum boleh pulang. Karna aku tidak ingin terpisah dari anakku, maka aku tidak mau pulang dari rumah sakit sampai anakku pulang juga. Aku ingin memberikan ASI untuknya sesering mungkin dan secara DBF. Sehingga aku dirumah sakit lebih dari seminggu dan dokter pun bilang bahwa anak kami sembuh lebih cepat dari estimasi dokter.
Akhirnya setelah proses pengobatan anakku, kami berdua pun bisa pulang kerumah, namun harus kontrol lagi kedokter tiga hari kemudian, seminggu kemudian setelah kontrol pertama , dan berbagai pemeriksaan lain nya.
Saat itu aku melihat diriku menjadi lebih kuat dari diriku sebenarnya, seperti mendapatkan energi lebih, karna semangat ku mengASIhi (memberikan ASI) untuk Haneen.
Baca Juga : Haneen Story Part#Empat